BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor
pertanian di negara-negara sedang berkembang mempunyai potensi untuk
menghasilkan empat tipe kotribusi pertanian. Kontribusi pertanian yang pertama
adalah kontribusi produksi, dimana perkembangan sektor non pertanian sangat
tergantung pada sektor pertanian terutama dalam penyediaan kebutuhan bahan baku
yang dibutuhkan untuk sektor industri. Kontribusi yang kedua yaitu kontribusi
pasar, hal ini dikarenakan sektor pertanian menghasilkan produk-produk yang
berupa komoditi dan menjualkan untuk membeli komoditi di sektor non pertanian.
Kontribusi yang ketiga yaitu kontribusi faktor produksi, peran sektor pertanian
biasa dilihat dari pembentukan modal oleh sektor industri yang berasal dari
sektor pertanian. Kontribusi yang keempat yaitu kontribusi dalam menciptakan
devisa negara, karena sektor pertanian menghasilkan komoditi yang dapat
diekspor dan dapat menghasilkan devisa bagi negara (Soekartawi, 1995).
Sektor pertanian dalam wawasan agribisnis dengan
perannya dalam perekonomian nasional memberikan beberapa hal yang menunjukkan
keunggulan yang patut dipertimbangkan dalam pembangunan nasional. Keunggulan
tersebut antara lain melihat tingginya nilai tambah agroindustri. Dengan
kontribusi tersebut dalam perekonomian nasional maka sektor agrobisnis semakin
dipacu mengenai pengembangan teknologi yang ada.
Pengembangan
teknologi tersebut karena masih ada masalah yang dihadapi oleh agroindustri
yaitu antara lain: penyediaan bahan baku yang teratur dalam bentuk kuantitas
maupun kualitas yang memadai, serta harga yang bersaing menjadi persoalan yang
sulit bagi agroindustri. Apalagi bahan baku tersebut harus dibeli dipasar bebas
dari petani kecil yang lokasinya terpencar-pencar. Kedua pemasaran sering
menjadi persoalan karena produk yang dihasilkan mempunyai pesaing dan karena
kurangnya informasi pasar.
Pengembangan
agroindustri berlokasi di daerah sentra produksi atau di daerah produksi bahan
baku itu sendiri perlu menjadi perhatian. Karena pengembangan agroindustri ada
keterkaitan dengan tujuan pembangunan wilayah pedesaan untuk keterlibatan
sumber daya manusia pedesaan. Sehingga dapat memperkenalkan tambahan kegiatan
atau perlakuan terhadap komoditas setelah dipanen, yang nantinya dapat
memperoleh nilai tambah dari komoditas yang dihasilkan.
Pengembangan
agroindustri tidak hanya menguntungkan konsumen saja tetapi juga petani. Secara
umum pengembangan agroindustri akan meningkatkan produksi pertanian. Usaha
meningkatkan produksi pertanian tidak hanya terletak pada peningkatan hasil perhektar
dengan panca usaha tani, tetapi juga melalui industri pengolahan.
Dengan
tetap memberikan prioritas yang tinggi kepada pembangunan pertanian maka peran
pemerintah sangat penting sekali. Dalam politik pemerintahan, perekonomian
indonesia antara sektor pertanian dan sektor industri mempunyai keterkaitan dan
saling mendukung. Bagi sektor industri menghasilkan kebutuhan pokok yang
mendukung sektor pertanian dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia.
Tampak bahwa peran pertanian masih dominan dan semakin nyata, bahwa sektor
perekonomian dipengaruhi sektor pertanian. Walaupun jumlah usaha tani pada saat
sekarang ini arealnya semakin berkurang, namun penting untuk dipertahankan dan
meningkatkan produksi dengan cara mengubah bahan baku pertanian menjadi produk
olahan agar komoditas pertanian mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Untuk
saat ini negara Indonesia merupakan negara pengekspor minyak nilam terbesar di
dunia. Bukan hanya dalam jumlah, tetapi mutu minyak nilam Indonesia termasuk
yang terbaik di dunia dan sampai saat ini belum di buat tiruannya (sintetis).
Minyak nilam banyak di gunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri
parfum, sehingga wangi parfum tidak cepat meguap. Selain itu aroma minyak nilam
juga sangat khas, sehingga banyak diminati kosumen di berbagai belahan dunia.
Selain sebagai parfum, minyak nilam juga banyak dalam industri sabun, hair tonik, dan aroma terapi.
Tanaman
Nilam (Pogostemon cablin Benth)
termasuk tanaman penghasil minyak atsiri yang menjadi sumber devisa negara.
Indonesia saat ini menjadi produsen minyak nilam dunia dengan kontribusinya
sebesar 90%. Untuk itu perlu mempertahankan peluang pasar dengan melakukan
peningkatan produksi melalui teknik budi daya yang tepat, perbaikan mutu minyak
nilam dan mengembangkan penanaman nilam ke daerah yang memiliki prospek yang
cukup cerah dilihat dari tingkat kesesuaian lahan dan iklim. Ditinjau dari segi
lahan, iklim dan pemasarannya, daerah Lampung merupakan salah satu daerah yang
mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tanaman nilam. Tanaman
nilam (Pogostemon cablin
Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang
dikenal dengan minyak nilam ("patchouly
oil").
Tanaman
nilam telah lama berkembang di Indonesia dengan daerah utamanya Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Delapan tahun terakhir ini, tan`man
nilam mulai banyak diusahakan oleh petani. Bertambahnya luas tanaman nilam,
menunjukkan bahwa tanaman nilam cukup diminati oleh petani untuk diusahakan di
daerah ini. Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu
memperhatikan beberapa faktor seperti faktor iklim, lahan, dan pasar.
Minyak
Nilam di Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa, terutama digunakan
untuk bahan baku Industri pembuatan minyak wangi (sebagai pengikat bau atau fixatife parfum), kosmetik, dll.
Komponen utama minyak Nilam (diperoleh dari penyulingan daun Nilam) berupa pachoully alcohol (45 – 50%), sebagai
penciri utama. Bahan industri kimia penting lain meliputi patchoully campor, cadinene, benzaldehyde, eugenol, dan cinnamic aldehyde. Minyak Nilam bisa
untuk bahan anntiseptik, anti jamur, anti jerawat, obat eksem dan kulit
pecah-pecah, serta ketombe. Juga bisa mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga
membantu mengurangi kegelisahan dan depresi, atau membantu penderita insomnia
(gangguan susah tidur). Minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma.
Juga bersifat afrodisiak: meningkatkan gairah seksual.
Selain
sebagai komoditas ekspor nonmigas yang banyak dibutuhkan di dunia, nilam juga
banyak digunakan dalam berbagai industri didalam negeri, sehigga permintaannya,
baik dari dalam dan luar negeri meningkat dari tahun ke tahun. Dalam
perdagaangan, komoditas ini dipandang cukup strategis. Terbukti selama
goncangan ekonomi melanda Indonesia, komoditas ini tetap eksis. Bahkan, tatkala
krisis moneter yang menyebapkan sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan
ekonomi, justru para petani dan produsen nilam mendulang untung yang sangat
berlimpah.
Sampai
saat ini, nilam masih terbatas dibudidayakan dibeberapa daerah tertentu,
sehingga peluang pengembangan serta prospek bisnisnya sangat terbuka luas
mengingat permintaan pasarnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilam
merupakan salah satu kebanggaan Indonesia, karena mutu nilam Indonesia adalah
yang terbaik di dunia dan banyak peminatnya. Sayangnya, sampai saat ini nilam
belum di budidayakan dan di kembangkan secara optimal, meskipun permintaan
pasar, baik dari dalam dan luar negeri cukup tinggi. Lantas, mengapa tidak
mencoba mengembangkan komoditas yang cukup prospektif ini dari sekarang?
Meskipun
prospek nilam cukup cerah, baik untuk pasar dalam dan luar negeri, tidak
sedikit masalah yang dihadapi, seperti produktifitas yang rendah, standar mutu
yang bervariasi, penyediaan bahan yang tidak kontinue, dan harga yang
berfluktuasi. Salah satu pemicu munculnya berbagai permasalahan adalah sampai saat ini nilam masih diusahakan
oleh petani secara tradisional dan dalam skala kecil. Mereka mengusahakan nilam
umumnya memiliki modal dan teknologi yang terbatas sehingga mutu minyak yang
dihasilkan juga sangat beragam. Ini mengakibatkan harga produk yang dihasilkan
tidak stabil, karena sering tidak memenuhi standart mutu yang dikehendaki pasar
Saat
ini industri minyak Atsiri (nilam) semakin maju dan berkembang pesat terbukti
dari hasil produksi yang dihasilkan dari tanaman nilam yang sudah disuling
menjadi minyak Atsiri yang digunakan sebagai wewangian dan kosmetika. Dengan
perkembangan ini menjadikan industri minyak Atsiri (nilam) sebagai salah satu
industri minyak Atsiri (nilam) yang ada didaerah Jawa Timur, dan yang menjadi pesaing industri baik yang ada
didaerah Trenggalek maupun yang ada diluar daerah.
Minyak
Atsiri yang berbahan baku nilam dikemas dalam suatu wadah yang berbentuk
jurigen yang masing-masing berkapasitas, sekitar 10 kg bahkan sampai dengan
yang berkapasitas 20 kg yang ditawarkan memiliki beberapa ukuran dimana pilihan
jenis minyak yang ditawarkan adalah yang berwarna kuning kehijauan untuk jenis
minyak hasil penyulingan dari ketel yang terbuat dari stainless dengan
menggunakan sistem penguapan, dan jenis minyak yang berwarna agak kecokelatan
hasil penyulingan dari ketel yang terbuat dari besi dengan menggunakan sistem
direbus dan dikukus.
Karena itu, para pemain baru yang memiliki
modal lumayan kuat, pengetahuan, dan ketrampilan yang memadahi akan sangat
membantu dalam pengembangan nilam di Indonesia. Dari uraian latar belakang di
atas maka penelitian ini berjudul “Analisis
Margin Pemasaran Nilam dan Nilai Tambah Penyulingan Nilam”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar