Proses dinamika ekonomi global
maupun domistik menuntut adanya berbagai tindakan di berbagai aspek termasuk
didalamnya strategi pembangunan pertanian dari yang semula menitik beratkan
pada penekanan produksi, namun didalam perkembangannya diharuskan untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan menuju ke orientasi pasar dengan
pendekatan agribisnis dan teknologi ( Syarifudin, B. 1995 ).
Pengembangan sistem agribisnis dimaksudkan untuk menciptakan
lapamgan kerja dan berusaha, serta meningkatkan nilai tambah dari produk –
produk pertanian sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
melalui kerjasama kemitraan antara pelaku bisnis pada berbagai ragam atau
cabang usaha ( Syarifudin Bahrsyah, 1995 ).
Fakta menunjukkan bahwa
sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang aman terhadap
guncangan krisis ekonomi, untuk mempertahankan kondisi tersebut maka Pemerintah
konsisten dengan kebijakan yang mempertahankan pembangunan pertanian yang
berwawasan agribisnis sebagai upaya pengembangan yang cukup realistis dan
fakta. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997, sektor pertanian
yang memiliki local content relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
komoditi manufaktur non pertanian, sehingga sektor pertanian kembali
dijadikan katup penyelamat pembangunan ekonomi.
Dalam tahun 2001
Departemen Pertanian sedang mempromosikan Pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang memiliki komitmen
berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralistis. Skala usaha agribisnis dapat
beraneka ragam, usahatani keluarga, usaha kelompok, usaha kecil, usaha koperasi
dan usaha korporasi. Dari satu sisi memang perlu dipahami bahwa perdagangan
buah-buahan sudah menjadi usaha niaga antar negara hampir tanpa batas.
Dari data statistik menunjukkan impor buah-buahan Indonesia setiap
tahun dari berbagai negara adalah sekitar 150.000 ton. Memang peroduksi
buah-buahan kita masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negri.Disamping
kemampuan produksi buah dalam negri masih rendah juga kemampuan daya beli
masyarakat masih lemah, karena karena buah-buahan dianggap sebagai bukan
menjadi barang kebutuhan pangan pokok sehari-hari.
Belimbing manis ( Averrhoa carambola L.) merupakan
salah satu buah tropis nusantara yang saat ini semakin mendapatkan perhatian
luas baik dari petani maupun pemerhati komoditas hotikultura di Indonesia. Pad
tahun 2001, produksi belimbing nasional telah mencapai 53.157 ton.sebagian
besar diantaranya masih dihasilkan di Jawa dengan produksi mencapai 39.948 ton
atau lebih dari 75 %.Seperti tanaman hortikultura lainnya usaha budidaya belimbing ini khususnya belimbing manis ini
relatif tidak tidak terlalu rumit dan membutuhnkan persyaratan agronomis yang
khusus ( Direktorat Tanaman Buah Dirjen Bina Produksi Tanaman
Hortikultura, 2003 ).
Beberapa jenis belimbing manis unggul yang telah dilepas
Departemen Pertanian sebagai varietas unggul Nasional. Diantaranya Varietas
Demak, Varietas Demak Kapur, Varietas Dewi Murni, Varietas Dewa Baru, Varietas
Si Manis dan Varietas Karangsari ( Tahun 2003 ).
Secara geografis tanaman belimbing Karangsari ini sangat
cocok dibudidayakan pada ketinggian 0 – 500 m dpl.,suhu optimum yang baik bagi
pertumbuhan belimbing manis Karangsari berkisar antara 20 – 30 C. Lama
penyinaran matahari minimum 7 jam per hari denngan intensitas berkisar 45 – 50
%, curah hujan ideal yang dibutuhkan berkisar antara 2000 – 2500
mm/tahun.dengan komposisi bulan basah dan kering yang dibutuhkan tanaman ini
adalah 5 – 7 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering.
Populasi belimbing Karangsari diperkirakan 28.000 pohon dan
90 % dari populasi tersebut berada di kelurahan Karangsari Blitar. Tanaman yang
telah berproduksi berkisar 80 %. Belimbing Karangsari ini memiliki beberapa
keunggulan terutama pada penampilan buahnya sangat menarik berwarna kuning
orange bila masak optimal, ukuran buahnya berkisar 350 – 450 gr per buah, rasa
buah manis, kandungan air tinggi, daya tahan antara 7 hari, mampu berbunga dan
berbuah sedpanjang tahun dan panen dapat dilakukan 3 – 4 kali dalam setahun,
produktivitas 25 – 35 kg/pohon/panen dengan umur tanaman 5 tahun. ( BPTP, 2003
)
Belimbing manis Karangsari merupakan salah satu produk
unggulan sektor pertanian Kota Blitar sehingga belimbing ini menjadi salah satu
potensi ekonomi lokal yang dapat diharapkan meningkatkan perekonomian
masyarakat Kota Blitar. Untuk mengembangkan potensi belimbing Karangsari yang
telah ada ini menjadi salah satu produk unggulan dan dimungkinkan juga menjadi
agrowisata belimbing di Kota Blitar , maka perlu dikaji permasalahan dan
ditemukenali kekuatan ( potensi ) yang dimiliki.( CDS, Kota Blitar , 2003 ).
Yang perlu mendapat perhatian bukan hanya volume produksi ,
tetapi juga mutu produk dan nilai jual antara produsen dengan konsumen jauh
berbeda dengan harga jual lembaga pemasaran dengan produsen.. Konsumsi buah-buahan berbeda dengan konsumsi beras atau
makanan pokok lainnya. Masyarakat memerlukan ada keragaman jenis buah . Buah
yang dikonsumsi sebagai sumber vitamin, mineral, serat, zat berkasiat dan
sebagai kesenangan., maka buah harus tersedia dalam keragaman dan mutu yang
tinggi.
Beberapa tahun terakhir ini produksi
buah-buahan Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada masa
kriseis, yang bersamaan dengan anomali iklim, produksi buah-buahan mengalami
penurunan yang cukup tajam. Produksi buah menurun dari 10,92 juta ton pada
tahun 1995 menjadi 8,16 juta ton pada tahun 1997, tetapi meningkat lagi dengan
tajam menjadi 12,45 juta ton di tahun 2003. Peningkatan produksi buah ini
akibat dari peningkatan luasa areal pertanaman. Luas panen buah meningkat dari
673.204 ha pada tahun 1995 menjadi 826.106 ha. pada tahun 2003.
Peningkatan produksi saja nampaknya
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen, karena konsumen mulai
menghendaki buah yang bermutu tinggi, tidak sekedar ada buah dalam volume yang
mencukupi. Ini bisa dilihat dari semakin meningkatnya impor buah. Buah-buahan
Indonesia yang diproduksi tanpa penerapan tehnologi maju akan mengakibatkan
mutu buah yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan yang disyaratkan oleh pasar
dan kalah bersaing dengan buah impor. Karena itu kata kunci keberhasilan
Indonesia dalam persaingan global adalah penerapan tehnologi maju yang ramah
lingkungan untuk menghasilkan produk bermutu dan aman dikonsumsi.
Sebagian dari buah-buahan tropika
nusantara bisa memenuhi kriteria mutu, namun buah-buahan yang bermutu tinggi
hanya diperoleh dengan melakukan seleksi ketat terhadap buah-buahan yang ada. Buah-buahan
ini tidak diproduksi secara sadar untuk menghasilkan buah bermutu. Jadi dengan
demikian buah yang bermutu baik tersebut tidak direncanakan untuk diproduksi
dengan kualitas seperti itu. Tidak ada perencanaan jaminan mutu untuk
menghasilkan buah dengan mutu tertentu, semua diperoleh dengan cara kebetulan
dan dipilih.
Dalam agribisnis hal seperti ini tidak menguntungkan karena
menurut pengamatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Tanaman Buah Direktur
Jendral Bina Produksi Hortikultura mutu buah –buahan tropika di beberapa kota
di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya,
Makasar, Bogor dan Bandar Lampung ditemukan beberapa masalah mutu dari
buah-buahan tersebut.
Seiring dengan
otonomi daerah peran serta Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah pelaksanaan kegiatan dan program
sesuai dengan kebutuhan petani, sejalan dengan Pamuji ( 1980 ) yang menegaskan
bahwa Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif
dan efisien tanpa adanya dukungan biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan
dan pembangunan didaerahnya.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar