Globalisasi ekonomi telah mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha yang tinggi, yang mengharuskan orientasi pembangunan pertanian dirubah dari orientasi produksi kearah orientasi peningkatan pendapatan petani. Guna mendukung perubahan orientasi pembangunan pertanian ini pendekatan pembangunan pertanian tidak lagi melalui pendekatan usahatani melainkan melalui Pendekatan agribisnis.
Pengertian agribisnis dalam arti sempit adalah perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.
Sedangkan menurut Anonimous ( 2000 ), yang dimaksud dengan Sistem Agribisnis adalah rangkaian dari berbagai sub sistem penyelesaian prasarana dan sarana produksi, subsistem budidaya yang menghasilkan produk primer, sub sistem industri pengolahan ( agroindustri ), sub sistem pemasaran dan distribusi serta sub sistem jasa pendukung.
Bagi Indosensia pengembangan usaha pertanian cukup prospektif karena memiliki kondisi yang menguntungkan antara lain; berada di daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana cukup mendukung serta adanya kemauan politik pemerintah untuk menampilkan sektor pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan.
Tujuan pembangunan agribisnis adalah untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi mewujudkan kemampuan berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing, serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan keragaman sumber daya alamnya, termasuk hasil buah-buahan, sayuran dan bunga ( Hortikultura ) serta produk pertanian tropis lainnya, namun kenyataannya sejauh ini pemasok devisa utama masih berasal dari perkebunan dan perikanan.
Bertambah cepatnya pertumbuhan sub sektor perikanan, perkebunan dan peternakan disebabkan karena perilaku petani maupun pengusaha lebih berfikir maju, yang ditandai oleh; cepatnya mengadopsi inovasi baru, berani menanggung resiko dan mau mencoba hal-hal / teknologi baru ( Soekartawi, 1997 ).
Peningkatan daya saing pada sektor pertanian dipandang perlu memperoleh perhatian, oleh karena itu pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan pendapatan perlu lebih dititik beratkan pada upaya mendorong pengembangan komoditas hortikultura.
Winarno (1996) menyebutkan bahwa permintaan akan buah-buahan tropis segar, khususnya negara Eropa, Amerika dan Asia umumnya mengalami peningkatan dengan laju 10,8 % pertahun.
Namun Indonesia sebagai salah satu pemasok buah tropis segar dunia saat ini masih sangat kecil yakni kurang dari 1 %.
Menurut Rahmat Rukmana (1999), peningkatan jumlah penduduk dunia berpengaruh terhadap makin naiknya permintaan produk buah-buahan. Fenomena ini merupakan prospek cerah bagi pengembangan agribisnis buah-buahan diberbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Indonesia berpeluang besar menjadi produsen buah-buahan dalam menyikapi pola perdagangan bebas (globalisasi). Potensi dasar yang dimiliki Indonesia diantaranya dalah sumber daya alam yang amat kaya, termasuk aneka jenis buah-buahan. Lebih dari 25% jenis buah-buahan tropis yang ada didunia terdapat diwilayah Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa prospek pengembangan agribisnis buah-buahan di Indonesi semakin cerah, baik dirancang sebagai komoditas ekspor maupun diproyeksikan pada permintaan pasar (konsumen) dalam negeri. Pasar buah-buahan tropis luar negeri yang masih terbuka antara lain Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Brunei Darussalam, Taiwan, dan Hongkong.
Berdasarkan kondisi diatas dan dalam menghadapi pola perdagangan bebas (globalisasi), strategi pengembangan agribisnis buah-buahan di Indonesia harus pada jenis buah-buahan tropis yang tidak ada / sedikit pesaingnya seperti salak.
Disamping itu usaha pengembangan jenis buah-buahan yang banyak pesaingnya diarahkan untuk meningkatkan mutu dengan mencari varietas baru yang lebih unggul (Rahmat Rukmana, 1999). Mengacu pada buah tropis yang sedikit pesaingnya, komoditas salak mempunyai propek pengembangan dan pasar yang sangat potensial, mengingat penyebarannya yang luas diberbagai wilayah, harga yang terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai nilai gizi yang baik disamping digemari oleh berbagai lapisan masyarakat ( Anonimous, 1997 ).
Selain dari itu ditinjau dari segi ekonomis, pengusahaan salak cukup menguntungkan serta mempunyai propek pasar yang baik mengingat segmen pasar yang luas dari berbagai stratifikasi lapisan masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila minat masyarakat untuk mengembangkan salak sangat besar.
Di Kabupaten Bangkalan salak dalam menghasilkan produksi memiliki musim panen 2 (dua) kali setahun, yakni panen raya pada bulan Nopember sampai dengan Januari dan panen kedua pada bulan Juli sampai dengan Agustus.
Pemasaran untuk sementara ini orientasinya masih dalam negeri, namun berbagai kalangan mulai mempromosikan salak ke pasar Internasional ( ekspor ). Assosiasi Pemasaran Hortikultura (Asperti) sejak tahun 1994 mempromosikan salak ke Arab Saudi, Belanda, Jerma, Malaysia, Singapura, Hongkong, Jepang dan bahkan di Amerika, salak kersikan dari Pasuruan Indonesia memperoleh penghargaan dengan sebutan “ Great Tropical Fruits “. Di Indonesia varietas salak yang sudah dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi khususnya di Bangkalan adalah salak Se’nase’, Manggis, Penjalin, Sinyonya dan Manalagi (Lukas S. Budipramana dkk, 2000)
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
atau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar