Penelitian tentang analisis daya dukung distribusi terhadap marjin penjualan gula Lokal di Malang Raya, dilakukan mulai awal Juli sampai dengan akhir Oktober 2004. Lingkup masalah utama yang diteliti ialah marjin harga gula dari produsen sampai ke konsumen akhir. Mahalnya harga gula karena beberapa hal, diantaranya ialah panen, pasca panen dan jalur distribusi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan marjin penjualan pada masing-masing tingkat saluran yang ada di kawasan Malang Raya.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat begi semua fihak. Diantaranya ialah bisa menurunkan harga gula yang harus dibayar oleh konsumen (pengguna akhir). Pengukuran sasaran ditujukan ke produsen, pedagang besar, grosir dan pengecer. Jenis penelitian adalah Deskriptif kuantitatip. Dari data primer, sekunder maupun tersidr dapat dihimpun bahwa:
Produksi gula Nasional tahun 2004 sebanyak 1.701.293 ton.
Sedangkan kebutuhannya 3.326.904 ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah terpaksa impor gula. Industri gula Indonesia pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1930, memproduksi sebanyak 2.907.078 ton, namun saat ini menjadi negara pengimpor gula. Kemunduran pergulaan di Indonesia disebabkan oleh produktivitas dan efisiensi yang rendah. Dengan adanya kesepakatan multilateral (AFTA, APEC, WTO) Indonesia pada posisi tawar yang lemah.
Mahalnya harga gula lokal disebabkan oleh kelemahan di semua sektor produksi, mulai dari pra panen, panen, pasca panen sampai jalur distribusi. Perdagangan gula (impor gula) diatur dalam SK Diperindag no: 643/MPP/KEP/9/2002 tanggal 23 September 2002.
Pabrik gula Kebun Agung adalah satu-satunya produsen dalam penelitian ini, menghasilkan gula kristal putih dengan proses sulfitasi, kapasitas giling 3000 ton tebu per hari. Pada tahun 2004 tebu digiling 832.010 ton, produksi gula 60.175 ton, rendemen 7,23%. Dari operasional tersebut didapat keuntungan perusahaan berturut-turut Rp. 29.371.188.050, tahun 2004. Rp. 25.523.035.514 tahun 2003, Rp. 25.707.195.900 tahun 2002 (rata-rata dalam tiga tahun Rp. 26.867.139.820). Untuk tahun 2004 didapat Gross Margin 45,45%, Operating Margin 40,79%, Profit Margin 54,55%. Pada kondisi ini bisa dikatakan sebagai suatu perusahaan yang sehat. Pesaing PG.Kebon Agung ialah PG.Krebet Baru.
Dalam evaluasi didapat Pg.Kebon Agung mempunyai total skor 3,20 sedang PG.Krebet Baru 2,70. Obyek yang dinilai ialah Pangsa pasar, Penerapan harga, Posisi keuangan, Kualitas produksi serta Kapasitas giling. Harga pokok penjualan (HPP) mengacu pada angka-angka 2004.
Pabrik gula (produsen) Rp. 3.398,-. Dijual ke Pedagang besar Rp. 3.606,-. Dari Pedagang besar ke Grosir Rp. 4.356,-. Dari Grosir ke Pengecer Rp. 4.554,-.
Dari pengecer ke konsumen Rp. 4.950,-. Di tingkat penyalur, Net profit Margin yang didapat ialah: tingkat pedagang besar 8,32%, tingkat grosir 3,00%, tingkat pengecer 5,61%.
Biaya terbesar (dalam struktur komponen biaya) di tingkat Pedagang besar ialah biaya transportasi, yaitu biaya muat 32,9%, biaya angkut 24,7% dan biaya bongkar 32,9%. Di tingkat Grosir juga biaya transportasi, yaitu biaya muat 37,42%, biaya angkut 28,06% dan biaya bongkar 22,45%. Di tingkat Pengecer biaya transportasi, yaitu biaya muat 18,91%, biaya angkut 4,73% dan bi`ya bongkar 7,09%.
Sedang di pos upah karyawan, pekerja dll sebesar 47,29%. Besarnya hal ini bisa dimengerti mengingat jumlah barang yang dijual cukup kecil jumlahnya (hanya 200 kg/minggu).
Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan perlunya pemangkasan jalur distribusi yang ada sekarang. Dengan adanya modifikasi penyaluran didapat penghematan biaya distribusi sebesar Rp.3.141.736.750,- (lebih dari 3 Milyar rupiah) dalam 1 tahun operasional (1 musim giling).
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan Fileatau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar