BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
nasional pada hakekatnya mengarah kepada upaya mewujudkan taraf kesejahteraan
masyarakat luas, karenanya berbagai upaya operasional pembangunan kerapkali
diharapkan dapat memanfaatkan sumber daya yang optimal. Potensi sumber daya
alam di Jawa Timur yang perlu ditingkatkan adalah lahan kering dalam upaya
meningkatkan pendapatan petani serta memperluas kesempatan kerja bagi
masyarakat.
Disadari bahwa kendala
yang dihadapi dalam mengembangkan usaha tani di lahan kering lebih kompleks
bila dibanding dengan usaha tani di lahan sawah. Kendala utama dalam pengembangan usaha tani
lahan kering berupa penyediaan air terbatas disamping fenomena alam seperti
erosi dan banjir. Sementara di pihak lain air merupakan syarat utama bagi
kelangsungan proses produksi pada kegiatan usaha tani terutama tanaman pangan.
Dampak dari adanya
kendala diatas, tercermin pada pelaksanaan pola tanam dan produktivitas lahan. Pada lahan kering dilakukan satu sampai
dua kali tanam dalam setahun.
Sedang
pada lahan sawah bisa tiga kali tanam, demikian juga produktivitas lahan kering
relatif lebih rendah.
Untuk
itu diperlukan adanya upaya mengembangkan potensi usaha tani lahan kering dalam
rangka meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus memperluas kesempatan
kerja.
Menurut
Kepas (1989), bahwa pembangunan lahan kering kearah yang lebih baik dilakukan
dengan pendekatan antara lain 1) mengubah methode produksi melalui perubahan
pola tanam, penggunaan komoditi yang paling menguntungkan. Penggunaan teknologi
yang tepat dan sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah. 2)
Mengubah atau menambah cabang usaha yang telah ada seperti usaha pertanaman di
tambah dengan usaha ternak.
Keragaman
usaha tani yang diusahakan petani tidak hanya terlihat dari cabang usaha tani
yang diusahakan petani, juga terlihat dari perbedaan skala kepengusahaan pada
setiap jenis usaha tani ini terjadi karena petani mempunyai persepsi yang
berbeda terhadap usaha tani yang dilaksanakan yaitu menyangkut jangka waktu
kepengusahaan, produksi yang dihasilkan dan perolehan pendapatan.
Mengingat
usaha tani selalu dihadapkan pada resiko dan ketidakpastian terhadap perolehan
produksi maupun harga produksi seperti telah dialami petani selama berusaha
tani.
Daerah-daerah
lahan kering di Indonesia sangat berbeda-beda dengan daerah daratan rendah,
daerah tersebut berbukit-bukit atau bergunung dengan lereng-lereng yang miring
dan kesuburan tanah yang buruk.
Delapan
puluh persen dari total luas wilayah Indonesia merupakan lahan kering, karena
keanekaragaman topografinya dan tanahnya yang buruk. Daerah lahan kering dapat
mendukung jumlah penduduk yang lebih rendah dibanding dengan lahan basah yang
lebih subur.
Dengan
adanya keanekaragaman topografi itulah menjadikan adanya keaneragaman jenis
tanah, kesuburan tanah, iklim dan vegetasi dalam wilayah yang sempit.
Lereng
yang curam dan jurang yang dalam menyulitkan usaha pertanian, transportasi,
komunikasi dan pengembangan prasarana. Sistem usaha tani sangat rumit dengan
berbagai jenis dan varietas yang ditanam. Pada daerah lahan kering mempunyai
berbagai teknologi asli / tradisional dalam berusaha tani yang telah teruji
selama berabad-abad. Pengetahuan ini bisa menjadi suatu sumber daya yang
berharga dalam usaha pembangunan.
Berkurangnya
hutan terjadi dengan cepat karena penebangan kayu dan pembukaan hutan untuk
lahan pertanian. Perladangan berpindah dapat dilakukan secara berkelanjutan
untuk daerah-daerah yang kepadatan penduduknya rendah, namun praktek ini akan
mengakibatkan erosi, menurunnya kesuburan tanah dan merosotnya hasil panen di
daerah-daerah yang pesat pertumbuhan penduduknya. Eksploitasi lahan yang berlebihan dan
terkurasnya sumber daya alam mengakibatkan sistem produksi yang tidak lestari.
Permasalahan
juga sering terjadi di daerah lahan kering, seperti Degradasi Sumber Daya Alam.
Perubahan yang terjadi pada iklim, keadaan biofisik, kependudukan dan teknologi
yang secara langsung mempengaruhi daya dukung alam dan perkembangan sosial ekonomi.
Sebagian dari wilayah lahan kering di
kawasan Indonesia berpenduduk sangat padat. Contohnya adalah antara lain lahan
kering di pulau Jawa yang memiliki lahan yang cukup subur, sebaliknya wilayah
lahan kering di Kalimantan berpenduduk sangat jarang. Penduduk yang berusia
muda banyak mencari pekerjaan ke kota dan meninggalkan anak-anak dan orang
berusia lanjut di desa mereka. Hal ini mengakibatkan kekurangan tenaga kerja pada musim tanam dan musim
panen.
Keanekaragaman
di wilayah lahan kering tidak memungkinkan diterapkannya penyesuaian
dengan satu cara saja atau melalui paket
teknologi yang seragam dalam memecahkan masalah-masalah pertanian di lahan
kering. Artinya Petani harus dapat memilih dari suatu teknologi yang terdiri
dari teknologi tradisional, teknologi baru yang diperkenalkan dari luar dan
perpaduan teknologi-teknologi tertentu yang dirasakan paling sesuai dengan
kebutuhan mereka. Tujuan sistem usaha tani pada daerah lahan kering adalah
untuk secara cepat mengidentifikasi praktek-praktek pertanian lokal yang
bermanfaat dan memperkenalkan teknologi baru yang menguntungkan para petani.
Para
penyuluh pertanian bekerja dengan keluarga petani membantu mereka dalam memilih cara-cara pengelolaan
pertanian yang sesuai dengan keadaan sosio ekonomi dan ekologis setempat.
Pendekatan partisipatif ini terhadap
pengembangan daerah lahan kering pedesaan mempertimbangkan sistem pertanian
secara keseluruhan.
Keberhasilan
pengembangan sistem usaha tani
bergantung pada usaha bersama penyuluh pertanian, para ahli pertanian,
bekerjasama dengan para petani untuk memahami batas-batas produksi yang
berkelanjutan ditingkat usaha tani.
Pengembangan
usaha tani menjembatani kesenjangan antara peneliti dan penggunanya dalam usaha
pertanian. Begitu pula pengaruh lain seperti pasar, ketersediaan tenaga kerja,
akses terhadap kredit, serta kebijakan pemerintah. Sumber daya alam dan
pertanian harus dikelola dengan baik untuk dapat mempertahankan daya dukung dan
mencegah kerusakan lingkungan yang lebih lanjut. Ini merupakan masalah yang
rumit karena menghadapi produksi pertanian yang rendah dan kerusakan lingkungan
di satu pihak dengan meningkatnya jumlah penduduk di lain pihak,
Pengembangan
sistem usaha tani dilakukan dalam beberapa langkah, masing-masing langkah di
lakukan tersendiri, masing-masing langkah mempengaruhi langkah selanjutnya. Sistem
usaha tani berkembang sebagai strategi untuk menerapkan penelitian sistem usaha
tani dengan ciri-ciri : terorientasi pada petani dan pemecahan masalah, holistic,
mempertimbangkan interaksi dalam sistem dan hubungan-hubungan dengan sistem
lain, multidisipliner.
Dalam
beberapa tahun terakhir sistem usaha tani lahan kering mengacu pada pendekatan
terhadap konservasi tanah dan air, berdasarkan pengalaman pendekatan ini
menggeser penekanan dari hanya sekedar melihat pada apa yang sedang terjadi
pada tanah, misalnya erosi, serta
pengkajian terhadap usaha untuk memahami faktor-faktor biofisik dan sosial
ekonomi yang turut menyebabkan penurunan mutu lahan.
Pada umumnya tanah di
lahan kering sering kekurangan unsur hara sehingga tanpa pemberian unsur hara
tambahan, tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tidak akan dapat menghasilkan.
Kalau keadaan ekonomi tidak memungkinkan petani membeli pupuk buatan maka
keadaan lahannya akan semakin kritis. Jika proses ini tetap berlanjut hal itu
dapat mengancam kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok di masa
mendatang.
Informasi
mengenai pendapatan, tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya yang berkenaan dengan
produksi jenis-jenis tanaman akan sangat bermanfaat. Sehingga petani dapat
memilih usaha tani dengan komoditi yang tepat dan menguntungkan.
Selain
itu kondisi kerusakan lahan di Indonesia
saat ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak secara nasional. Degradasi
sumber daya lahan, pada daerah lahan kering yang tingkat kemiringannya cukup
tinggi, mengakibatkan penurunan kesuburan tanah, untuk itu kegiatan usaha tani
pada lahan kering supaya daya dukung lahan tetap terjaga perlu juga
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air terutama daerah aliran
sungai. Dengan demikian kegiatan pembangunan yang berorientasi kelestarian
lingkungan selayaknya dilakukan oleh setiap anggota masyarakat untuk dapat ikut
dalam proses pembangunan sesuai dengan kemampuannya. Syarat dari
keikutsertaan seluruh anggota masyarakat, selain pada peluang dan akses yang
sama, juga menyangkut kemampuan untuk berperan.
Konsekuensi
logisnya masyarakat harus lebih berdaya, serta mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan memanfaatkan potensi alam dan lahan untuk menangkap peluang
yang ada. Mengingat usaha tani di lahan kering dihadapkan pada resiko dan
ketidakpastian terhadap perolehan produksi maupun harga produksi.
Demikian
juga petani di daerah Bangkalan Madura, dimana mereka dengan segala kendala
yang ada serta keterbatasan sumber daya yang dimiliki harus tetap berusaha tani
guna memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup keluarganya. Atas dasar latar
belakang tersebut maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai beberapa
komoditas lahan kering yang mempunyai peluang pasar yang cukup baik dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File
atau klik disini
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan Fileatau klik disini
atau klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar